LONDON – Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron tengah menjadi sorotan Uni Eropa (UE). Sebab, dia menjadi orang yang akan membawa Inggris keluar dari UE.
PM Cameron terlibat perdebatan sengit dengan Kanselir Jerman Angela Merkel mengenai Undang-Undang (UU) Imigrasi di antara anggota UE. Merkel menginginkan semua orang di UE dapat dengan bebas ke mana saja, namun PM Cameron menentangnya.
Seperti dilansir CNN, Selasa (4/11/2014), PM Cameron akan menggelar referendum pada 2017 bagi warga Inggris. Referendum itu akan memilih apakah Inggris tetap atau keluar dari UE.
PM Cameron juga sempat marah ketika Inggris harus menyumbang dana lebih untuk anggaran UE. Dia menganggap UE tidak akan lebih baik jika diberi dana lebih. Cameron menyarankan untuk lebih menekankan pada efisiensi kerja UE.
Banyak kalangan menilai langkah yang diambil PM Cameron bisa berakibat fatal bagi pemerintahannya. Sebab, PM Cameron baru saja merasa senang ketika referendum rakyat Skotlandia menunjukkan mereka ingin tetap bergabung dengan Inggris.
Kini kalangan mulai cemas dengan langkah yang akan diambil PM Cameron untuk menggelar referendum pada 2017. Hal itu mengingat Inggris adalah salah satu negara penyumbang terbesar bagi operasional UE. Selain itu, Inggris adalah salah satu kekuatan ekonomi UE.
Inggris sendiri adalah negara yang tidak pernah mengalami krisis ekonomi beberapa tahun lalu. Sementara negara anggota UE sendiri terbukti pernah mengalami krisis ekonomi, mereka seperti Yunani, Portugal, Spanyol, dan Italia.
Dengan kekuatan ekonomi yang besar tampaknya langkah keluar dari UE tidak akan berdampak signifikan bagi Inggris. Namun jika Inggris benar-benar akan keluar dari UE, bisa dipastikan akan berdampak signifikan bagi negara-negara anggotanya.
0 komentar:
Silahkan Dikomentari