Satai Kingkong, Untungnya Sebesar Ukurannya
Headlines News :
Home » , » Satai Kingkong, Untungnya Sebesar Ukurannya

Satai Kingkong, Untungnya Sebesar Ukurannya

Written By Unknown on Selasa, 11 November 2014 | 7:09 PM



JAKARTA - Satai, siapa yang tak kenal dengan makanan khas nusantara yang satu ini? Kaliber Presiden Amerika Serikat Barrack Obama pun menyukai makanan khas Indonesia tersebut.
Dipadupadankan bersama olahan bumbu kecap atau kacang dan ditabur bawang goreng, satai rasanya nikmat untuk disantap.
Ada banyak penjaja satai di Jakarta. Namun, ada yang berbeda di salah satu kedai di bilangan Tebet. Bila satai biasanya bernama satai ayam atau satai kambing, kedai yang satu ini justru memiliki andalan Sate Kingkong.
Menurut Pemilik Sate Kingkong, Dani Fitriyanto, usaha ini dirintis bersama dan sahabatnya Tubagus Mahadantri Surya atau biasa disapa Dantri. Awalnya, mereka berdua secara tidak sengaja bertemu di sebuah rumah makan Padang pada saat jam istirahat makan siang.
"Kebetulan kita sama-sama satu kantor. Pertemuannya enggak sengaja. Mas Dani nanya ke sana, 'Mas punya usaha apa?' Saya jawab usaha kuliner di bidang satai.
Dia juga bilang ‘loh saya punya usaha di peternakan domba’. Dari situ, kita mulai klik, dan mulai usaha dengan perhitungan modal kecil-kecilan," ujar Dani kepadaOkezone.
Dari yang semula hanya pembicaraan ringan, keduanya pun sepakat merealisasikan menjadi sebuah usaha kuliner. Setelah melakukan perhitungan mereka segera mencari tempat usaha di sekitar wilayah kantor mereka.
Singkat cerita mereka berdua mulai membangun kedai satai pada tahun 1994 di wilayah Pejompongan. Menu yang ditawarkan pun sama seperti kedai satai lainnya, seperti sop kambing dan tongseng.
Namun seiring sejalan perjalanan waktu, pamor Sate Pejompongan mengalami pasang surut. Hingga puncaknya terjadi pada tahun 2011, di mana kedainya harus ditutup dan dijual. "Karena itu kan awalnya usaha milik Mas Dantri dan usaha keluarganya," imbuhnya.
Kendati demikian semangat usaha mereka tetap membara. Keduanya pantang menyerah dan sepakat tetap membuka usaha di bidang kuliner. Dengan modal Rp150 juta untuk menyewa ruko, mereka menata kembali usahanya. Mereka pun mulai merintis nasib dengan membuka kedai satai di wilayah Jalan Abdullah Syefei Nomor 1 Tebet, Jakarta Selatan.
Soal nama kedai, menurut Dani tetap menggunakan nama Sate Pejompongan yang sudah melekat. Namun, mereka melihat harus ada sesuatu hal yang berbeda untuk mendongkrak penjualan. Sebab untuk ceruk usaha di bidang satai sudah banyak yang menjajakan.
Mereka pun belajar dari pengalaman dengan menghadirkan menu baru untuk menggebrak konsumen. Maka lahirlah menu andalan Sate Kingkong.
"Sate Kingkong adalah satai kambing dengan ukuran yang besar. Ukurannya tiga kali lipat dari sate biasa," ujar pria alumni Institut Pertanian Bogor (ITB) jurusan Teknik Elektro.
Bila dibandingkan, Sate Kingkong ukurannya memang sangat besar. Jika satu porsi sate berisi sepuluh tusuk, pada Sate Kingkong hanya menjadi tiga tusuk. Jadi satu porsi Sate Kingkong tiga kali lebih besar. Soal harga sate Sate Kingkong dibanderol Rp12.000 per tusuk.
"Kadang-kadang orang lebih senang sate dengan ukuran yang enggak cuma itu-itu saja. Makannya kita buat satai yang ukurannya gede," ujar Dani.
Dani menuturkan, daging kambing yang diolahnya sangat empuk tidak bau prengus atau bau kambing yang menyengat. "Karena pengolahan daging kambing dilakukan secara benar dari pertama kali proses," beber Dani.
Dani pun memberikan bocoran mengolah daging kambing supaya enak dimulai dari cara memotong dan menguliti daging kambing dengan baik. "Usahakan ketika menguliti kambing, bulu-bulunya tidak kena daging. Kalau kulitnya nempel bisa berpengaruh dan menimbulkan bau prengus," ujar dia.
Selain itu, Dani menggunakan daging kambing dengan usia di bawah usia lima bulan atau dikenal dengan sebutan bilabul.
Karena ketelatenan dia mengolah daging kambing, pelanggan pun mulai berdatangan. Kedainya pun ramai. Bahkan, pelanggan lamanya sewaktu di Penjompongan mulai kembali lagi.
"Kadang ada pelanggan kita yang kebetulan lewat sini, bilang 'ternyata di sini'. Meskipun mereka ragu benar atau enggak ini Sate Pejompongan?" cerita Dani sambil tertawa.
Ketelatenan dia mengolah makanan berbahan dasar kambing pun membuahkan hasil. Dani terus dengan menambah menu-menu olahan kambing seperti sop kambing serta nasi goreng kambing dan terus berinovasi dengan menjajakan tongseng sumsum.
Dani menuturkan, kendati Sate Pejompongan berpindah ke Tebet namun pelanggan masih bisa mengenal sate hasil kipasan Dani dari dari cita rasa yang khas. Dia pun memberikan rahasia sukses di bidang kuliner. "Cita rasa merupakan identitas satu makanan. Jadi harus dipertahankan," tutup dia.
Share this article :

0 komentar:

Silahkan Dikomentari

English French German Spain Italian Portuguese Korean Arabic
 
Copyright © 2014. AlbarruNews
Created by Creating Website Powered by Blogger