Kenali Sisi Indah Penyakit Kronis
Headlines News :
Home » » Kenali Sisi Indah Penyakit Kronis

Kenali Sisi Indah Penyakit Kronis

Written By Unknown on Sabtu, 01 November 2014 | 4:31 PM

Hasil diagnosa penyakit kronis sungguh bukan sesuatu yang diharapkan setiap orang, juga bukan sesuatu yang ingin diderita hingga seumur hidup.

Mereka yang menderita  penyakit kronis terbiasa dengan kesakitan, rasa nyeri yang tiba-tiba menyerang, hingga birokrasi sistem layanan kesehatan, juga kecemasan kehilangan fungsi kerja organ yang mengalami sakit dan masih banyak lagi.

Hanya mereka yang mengalami yang paham. Tapi, bukan berarti itu akhir segalanya. Penyakit kronis juga mengajari seseorang banyak hal luar biasa dan bahkan memberikan "penghargaan istimewa" dalam hidup. 

Seorang bloger dan kolumnis AS, Lottie V Ryan menderita penyakit kronis dan nyeri harian selama 17 tahun. Ia seorang pasien JPoucher sebagai akibat Kolitis Ulcera atau peradangan usus, ia memiliki Fibromyalgia, Migrain Kronik, GERD, dan Obstruktif Sleep Apnea. Ia mengajak untuk melihat dan menerima sisi cerah dari kehadiran penyakit kronis. Ajakan ini bukan hanya untuk penderita tapi juga mereka tak memiliki keluhan fisik untuk lebih menumbuhkan empati terhadap orang lain.

1. Cinta Sejati
Memang terdengar tak biasa, tapi para penderita penyakit kronis cenderung menemukan arti cinta sejati.
Saat suami membantu mengganti pakaian istri yang baru saja menjalani kemoterapi misal, atau ketika istri Anda dengan senyum menyediakan obat penghilang rasa sakit di tengah malam, disitulah perhatian dan kasih sayang tak bisa lagi dipalsukan.
Sangat berharga pula ketika anak-anak memberi pelukan besar dan hangat saat Anda kesakitan, atau ketika teman, saudara, ibu mengatakan sangat peduli meskipun mereka tak selalu menghabiskan waktu bersama Anda.

2. Rasa Kasih Sayang dan Empati
Hidup dengan penyakit yang tak terlihat di mata orang lain mengajari kita untuk menyadari bahwa tidak semua penderitaan itu tampak atau kentara.
Kita pun tidak akan menghakimi seorang pria yang tak menawarkan kursi di transportasi umum, karena mungkin, terlepas dari penampilannya, ia menderita Rheumatoid Arthritis dan sangat butuh untuk duduk jika tidak ia akan menderita selama perjalanan.
Pada kesempatan lain, senyum menjadi pilihan terbaik, ketika seorang wanita meminta untuk memotong antrean di toilet, karena bisa jadi di luar penampilannya ia memiliki IBD, dan tak mungkin menahan lebih lama lagi lantaran begitu putus asa segera buang hajat.
Begitu pula kita tak perlu berkomentar ketika seseorang dengan tenang berjalan keluar dari mobil yang ia parkir di zona kekurangan fisik, karena kita berpikir terlepas saat ini ia bisa berjalan baik, ia mungkin memiliki penyakit kelelahan kronis, yang berarti ia bakal berjuang keras untuk bisa kembali ke mobilnya.
Itulah kasih sayang.

3. Waktu begitu bernilai dan berharga
Saat  berbaring di ruang bedah untuk ketiga kali pekan ini, mendengar jam berdetak, maka waktu akan sedemikian berharga.
Menit-menit yang hilang saat menunggu di ruang tunggu, hari-hari berlalu saat hanya bisa berbaring di tempat tidur karena terlalu nyeri untuk bergerak, semua memberi penyadaran betapa waktu begitu bernilai.
Kondisi itu juga memberi pelajaran betapa ketika seseorang dengan penyakit kronis kembali pulih, satu detik berjalan bersama teman, atau menyeruput teh hangat bukanlah perkara sepele.
Kita menjadi paham betapa sangat berharga waktu dan tidak akan menyia-nyiakan.

4. Pentingnya kehadiran orang-orang sekitar
Ketidakmampuan sesorang akan membuatnya kian menyadari pentingnya kehadiran orang-orang sekitar, sekaligus mendorong keinginan untuk membantu mereka yang bahkan lebih tidak mampu lagi.
Tak ada yang lebih luar biasa ketika, tetangga atau teman datang mengetuk pintu dengan makanan untuk menyelamatkan Anda dari perjuangan berat memasak.
Saat kawan menawarkan bantuan untuk berbelanja karena ia tahu Anda butuh bantuan. 
Hasilnya, kita pun menjadi lebih terbuka untuk berkontribusi dan menolong orang lain sebagai bentuk terima kasih.

5. Mengenali Keindahan dalam hal-hal kecil.
Panca indera yang kian menajam akibat kerap didera rasa dakit dan gejala yang menyulitkan berarti pula Anda tidak dalam posisi pasif dalam berinteraksi dengan apa pun.
Saat anda mengalami kesakitan luar biasa, dan begitu rasa nyeri reda, perasaan tenang dan hening, serta hembusan semilir angin dari jendela menjadi luar biasa indah.
Begitu Anda mampu berjalan kembali setelah tubuh memulih dan melihat anak-anak kecil bermain seraya tertawa renyah dan terkikik, bisa sangat membahagiakan.
Seketika itu juga, kita akan melihat keindahan di sekeliling dengan mata terbuka.

6. Perasaan berterima kasih.
Pemahaman terhadap rasa syukur dan berterima kasih sesungguhnya yang lahir dari hati akan lebih mudah hadir.
Kita akan berterima kasih terhadap dokter, perawat, saudara, orang tua dan pasangan yang selama ini telah membantu menjaga kualitas hidup dan membantu kita tetap bertahan hidup.
Perasaan itu juga akan timbul saat menghabiskan waktu bersama keluarga meski hanya melakukan hal biasa yang sederhana.
Tak ketinggalan, rasa terima kasih kepada teman yang telah meluangkan waktu, mereka yang terus memberikan perhatian dan kasih sayang meski Anda mungkin jarang muncul dan bersama mereka karena keterbatasan fisik.

Kita akan selalu berterima kasih karena masih bisa bernafas.
Share this article :

0 komentar:

Silahkan Dikomentari

English French German Spain Italian Portuguese Korean Arabic
 
Copyright © 2014. AlbarruNews
Created by Creating Website Powered by Blogger